KRS Masalah Sepele yang Menahun

Apa yang bisa seorang mahasiswa perbuat apabila kewajibannya sudah susah payah diusahakan untuk dipenuhi tetapi balasannya tidak sepadan dengan yang seharusnya. Nampaknya ini menjadi momok yang umum lagi tidak menyenangkan bagi banyak mahasiswa, khususnya yang seperti saya ini.

Bagaimana tidak, besarnya biaya untuk kuliah yang sudah jauh dari kata murah untuk universitas berlabel PTN, ternyata tidak dapat memberikan kenyamanan dan kelancaran bagi mahasiswa-mahasiswanya. Kita dipaksa untuk tepat waktu membayar biaya UKT (uang kuliah telak) jika tidak kita tidak bisa melanjutkan kuliah, dianggap mangkir. Namun hal yang demikian tidak berlaku bagi akademik dalam menjalankan kewajibannya sekaligus memberikan hak bagi mahasiswa. 

Akademik/pihak universitas, fakultas, maupun bagian yang semestinya bertanggung jawab dalam memberikan nilai hasil studi, mengatur KRS, jadwal kuliah serta ujian dan setumpuk kewajiban mereka yang lainnya. Ternyata tidak tepat waktu merealisasikan apa yang telah mereka janjikan. Padahal sebenarnya jadwal tersebutpun mereka sendiri yang mengaturnya. 

Saya sungguh tidak habis pikir. Mahasiswa dituntut untuk bersabar, sementara mereka tutup mata dan telinga terhadap persoalan mahasiswa. Apa yang sudah diatur tidak dapt diganggu gugat, begitu sikapnya. Seperti ada ketentuan ganda dalam kegiatan yang sebenarnya sarat akan timbal balik seperti ini. 

Tepat waktunya mahasiswa melunasi kewajiban mereka tentu akan memudahkan mereka untuk berkerja, pun sebaliknya. Tepat waktu dan lancarnya mereka memberikan hak untuk mahasiswa tentunya akan memudahkan mereka dan mahasiswa itu sendiri. Tetapi hal itu hanya angan belaka. Beribu alasan datang dan pergi menghiasi persoalan tahunan ini.

Sebuah fenomena umum yang terjadi di dalam fakultas saya, bagaimana kerasnya perjuangan mahasiswa hanya untuk sekadar mendapatkan kelas untuk kuliah, sebuah hak dasar yang sudah barang tentu menjadi kebutuhannya terlambat sedikit resikonya adalah kehabisan kelas, jadwal yang saling bentrok dan sebagainya. Belum lagi jika server down dalam waktu yang tidak jelas kapan selesainya. 

Saya bingung dan sedih, sebuah kampus dan fakultas yang saya cintai dan saya banggakan ternyata menyimpan persoalan menahun seperti ini. Sangat tidak sejalan dengan visi yang diusung dan digadang-gadang akan terwujud dalam beberapa tahun kedepan ini. 

Sebagai mahasiswa yang mencintai almamaternya tentu saja seharusnya segala aib dan masalah yang terjadi diinternal sebisa mungkin ditutupi. Namun apa jadinya jika hal itu terus terjadi secara turun temurun. 

Terkadang saya malu dengan besaran UKT yang ada. Saya salah satu korban kekejaman UKT yang ditentukan dengan tidak berimbang dan serius. UKT yang terlampau tinggi untuk jurusan sekaliber saya, yang mohon maaf jika dilihat dengan kaca mata awam hanya bermodalkan powerpoint serta AC untuk menjalankan kebutuhan kuliahnya. 

Dengan UKT yang selangit sayangnya tidak diimbangi dengan fasilitas serta kelancaran yang memadai. Seperti yang sudah saya paparkan diatas, bagaimana derita mahasiswa hanya untuk mendapatkan kelas saja. Belum lagi berbagai persoalan yang nanti akan timbul selama proses kuliah berlangsung.

Meskipun UKT selangit nyatanya fakultas masih menggunakan server yang gratisan dengan bandwidth teramat rendah dan tidak terpercaya dalam menjalankan kesehariannya. Padahal dari sanalah nasib dan kegiatan mahasiswa digantungkan. 

Bayangkan, berapa ribu mahasiswa yang bergantung nasibnya disana. malu dengan UKT selangit yang disumbangkan oleh ribuan mahasiswa, belum lagi ditambah dengan dana subsidi yang dikucurkan oleh pemerintah. Bisa-bisanya menggunakan server gratisan untuk kebutuhan dasar.

Ada yang beranggapan bahwa fenomena ini adalah sesuatu yang wajar, melihat karena memang jumlah mahasiswanya yang sangat banyak. Tetapi hal itu bagi saya bukanlah sebuah alasan serta pembenaran. Semestinya instansi yang luar biasa besar ini sudah mempertimbangkannya, menerima banyak berarti harus siap  dengan resikonya. Terlebih lagi dengan penerimaan UKT yang sama besarnya pula.

Entah dimana yang salah, apakah karena pemimpinnya atau karena pelaksana tugasnya atau birokasi amburadul dari pangkalnya disana. Saya dan mahasiswa lainnya mungkin tidak peduli dengan hal itu, mahasiswa tidak membutuhkan penjelasan panjang lebar yang hanya berujung pada permintaan untuk maklum dan bersabar. 

Mahasiswa membutuhkan penyelasian yang nyata dan tepat sebagai realisasi agar terpenuhinya HAK mahasiswa.
persoalan ini mungkin adalah sesuatu yang kecil bagi sebagian orang. Tetapi alangkah tidak bijaknya jika membiarkan sesuatu yang kecil ini terjadi secara berulang dan menahun tanpa ada perbaikan sama sekali. Saya tidak mempersoalkan mengenai besar kecilnya masalah, melainkan bagaimana penyelesaian masalah yang kecil tersebut. 

Tulisan ini ada hanya karena keprihatinan saya terhadap persoalan kecil lagi sepele yang terus menerus dibiarkan. Bukan untuk menjelekan salah satu pihak, namun harapannya bisa menjadi bahan renungan dan pelajaran bagi semua. 

-Mahasiswa galau KRS

Share:

0 comments