Ya Tuhan, aku tidak berani terpejam dalam tidur.
Aku takut memimpikannya lebih dalam.
Tidak bisa aku katakan apa yang kurasa sekarang.
Aku tidak ingin melukainya.
Tidak ingin mencoreng kisah yang telah kami lalui bersama.
Dia terlalu Indah untuk kulepaskan.
Yang bisa aku lakukan saat ini hanya berjalan ikhlas dalam takdir yang Kau gariskan di tanganku.
Tuhan...
Aku tahu aku tidak pantas mendapatkan dia,
aku tidak berhak mengemis cintanya,
aku tidak boleh memaksakan perasaanku padanya,
aku tidak boleh menyayanginya sampai pada titik cinta,
benar kan itu, Tuhan?
Hhh, tapi aku berhak memohon petunjuk yang terbaik dariMu.
Dia, atau masih ada perjalanan lainnya...
Aku tidak bisa memaksakan
apa yang tidak digariskan Tuhan padaku.
Kalau itu bukan Rezeki yang kuinginkan, berarti ada jalan lain yang lebih baik lagi untuk kulalui.
Kalau dia bukan jodoh yang kuharapkan, berarti ada lelaki lain yang lebih baik untuk kebahagiaanku.
Itu saja.
Tuhan adalah pemilik Takdir manusia dan itu tidak bisa diberontakkan.
Lindungilah dia dalam kasihMu, jangan biarkan keindahan yang kuresapi dalam dirinya hilang.
Hampir 2 tahun, mungkin kalo diterusin bulan Desember nanti udah 2 tahun.
Ternyata, aku benar-benar jatuh cinta selama ini walaupun banyak kepahitan.
Aku menyukai dia ketika malam itu, malam di saat bulan bersinar terang, kejadian tidak disengaja aku melihat matanya di bawah sinar bulan. Aku senang memandang matanya yang teduh, aku senang mencari-cari punggungnya saat kami berjauhan, tapi itu kejadian dulu sewaktu SMA, sewaktu kami selalu berjumpa dan bertatap muka. Waktu pun berjalan cepat, sangat cepat saat sudah mendekati waktu kelulusan. Mau tidak mau, siap tidak siap kami harus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, dan ternyata benar... kami dijauhkan oleh jarak. Cobaan yang berat untuk hubungan kami. Sangat berat....
Dan sekarang saat berjauhan aku baru sadar, yang membuat aku semangat sekolah setiap hari adalah dia, ternyata ada manfaatnya juga punya pacar 1 kelas. Hehe... Aku baru sadar itu, karena sekarang untuk pergi ke kampus aja rasanya agak berat, karena dia gak ada disana, karena dia gak menyambutku (lagi) di depan pintu kelas, karena dia gak ada saat aku sendirian, dan karena gak ada alasan lagi untuk aku semangat ke kampus.
Dan benar, LDR itu cobaan yang berat dan sekaligus alasan yang logis untuk mengakhiri hubungan kami. Dia berkata "Aku gak bisa LDR, aku pengen sendiri".Seketika aku terdiam. Hubungan yang aku harap akan bertahan lama dari yang aku perkirakan putus di tengah jalan.
Komunikasi pun semakin jarang, kebiasaan yang dulu sudah gak ada. Aku menunggu kabar dari dia pun seakan hal yang sia-sia. Aku kurang tau ke depannya bagaimana, tapi aku berharap kami berdua baik-baik saja walaupun yang aku tau, aku gak akan baik tanpa dia tapi semoga dengan bantuan waktu keadaanku akan selalu baik.
Terkadang aku merindukan saat-saat kami masih bersama, dan aku bertanya apakah dia juga merasakan hal yang sama. Iya, sebagai gantinya aku akan menulis untuk dia sampai aku melupakannya.
Apabila saatnya itu tiba, saat aku sudah melupakan dia, aku akan berhenti menulis tentang dia. Terima kasih Adms :)