Menunggu Itu Menyebalkan




Selamat pagi, pagi yang cerah untuk mendapatkan udara yang segar. Look at that picture? It's me! It's me! 
Did you know guys? Aku nunggu kiriman bando itu berminggu-minggu. Gak tau kenapa nih ya semenjak tinggal di Malang aktivitasku kebanyakan menunggu. Entah itu menunggu paketan JNE/TIKI, menunggu dosen, menunggu hujan reda, menunggu orang, menunggu hal-hal lain. 
Kadang aku berpikir kenapa aku selalu jadi pihak yang menunggu bukan ditunggu? 
Gak adil banget kan? Rasanya menyebalkan kalau terus-terusan menunggu, tapi apa boleh buat untuk sesuatu yang kita inginkan, kita harus berkorban.
Contohnya nih, menunggu paketan JNE/TIKI agar dapat apa yang kita inginkan, menunggu dosen untuk dapat ilmu, menunggu hujan reda biar gak kehujanan, menunggu seseorang untuk mendapat perhatiannya.
Semuanya sih ada alasannya kalo kita tau kita nunggu untuk apa. Tapi kalau kita sudah menunggu dan hasilnya nihil atau mungkin kita sama sekali gak dihargai atas waktu kita, gimane rasanya? Pasti ada rasa muak yang terpendam.

Ibaratnya seperti ekonomi yang membahas tentang Opportunity Cost yang maksudnya itu biaya yang harus dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu. Setiap orang kalo mau mengambil keputusan pasti harus memikiran biaya yang dia keluarkan untuk mendapatkan kesempatan yang diinginkan. 
Nah, disini aku mengorbankan waktuku hanya untuk menunggu. Terkadang aku menunggu untuk sesuatu yang sama sekali gak ada. 
Bisa dibayangin kan kalau waktu kita malah digunakan untuk menunggu yang sama sekali gak ada hasilnya dan itu terbuang percuma, seharusnya waktu yang ada kita gunakan untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat. 
Faktanya, tetap saja hidup kita tidak bisa jauh dari kata "menunggu". 
Ahhhhhh, sangat menyebalkan

Share:

0 comments