Anak Pulau
Saya pernah disebut anak pulau oleh orang yang dekat dengan
saya, bukan dekat jasmani tetapi dekat rohani. Kalian tau anak pulau? Sama,
saya juga tidak tau pertama kali mendengarnya. Tapi setelah saya resapi,
renungkan, dan akhirnya terkoneksi oleh sebutan itu saya baru sadar kenapa saya
dipanggil anak pulau, tapi lebih spesifiknya anak pulau Kalimantan Timur.
Kenapa saya dipanggil anak pulau? Karena (hampir) seluruh daerah Kalimantan
Timur pernah saya jajah, bukan jajah dalam arti penjajahan pada masa sebelum
kemerdekaan.
Pekerjaan ayah saya dituntut untuk siap dimutasi ke berbagai
daerah, jadi bersiaplah untuk para anggota keluarga untuk ikut pindah ke daerah
lain. Ayah saya memulai pekerjaannya ketika di Samarinda, lalu ketika umur saya
4-5 tahun, ayah saya harus dimutasi ke Bontang, saya mah iya iya aja kalau ikut
pindah kan saat itu saya tidak tau apa-apa tentang tuntutan pekerjaan ayah
saya. Saya tumbuh besar di Bontang, dan 2 adik saya pun lahir di Bontang.
Ketika saya naik kelas 6 SD, keluarga saya pindah ke Kabupaten Penajam Paser
Utara masih di Kalimantan Timur pastinya, pertama kali merasakan daerah ini
benar-benar jauh berbeda dengan Bontang. Disana terlalu panas, mungkin karena
daerahnya yang dekat dengan laut. Pergaulan disini pun berbeda dengan Bontang,
mungkin karena dulunya saya sekolah Islam tetapi di Penajam saya sekolah di
sekolah negeri. Otomatis saya harus adaptasi dengan lingkungan sekolah. Bukan
saya saja yang adaptasi, 2 adik saya pun harus bisa adapatasi dengan lingkungan
barunya. Sekitar 5 tahun menetap di Penajam, dan akhirnya penantian tiba. Saat
saya kenaikan kelas 2 SMA keluarga saya lagi-lagi harus pindah ke Kabupaten
Tanah Grogot dan sampai sekarang masih disini. Tapi dengar-dengar ayah saya
akan dipindah-tugaskan lagi ke daerah lain. Fiuuh~
Memang melelahkan, tidak ada tempat untuk bisa menetap
selamanya, dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan dan orang sekitar. Ya
beginilah hidup saya dan keluarga saya yang harus menjelajahi provinsi
Kalimantan Timur, kadang giliran kami sudah nyaman dengan daerah A dan sudah
memiliki banyak teman yang pas buat diajak gaul malah harus pindah lagi ke
daerah B. Sampai-sampai adik saya keras kepala tidak mau pindah, karena yaaaa…
itu tadi, sudah nyaman katanya. Capek sih iya, harus perkenalan lagi, harus
nyari teman baru lagi. Wajar kalau saya tidak punya teman dekat, karena saya
selalu pindah. Walaupun begitu saya dan adik saya harus mengerti pekerjaan ayah
saya, kami harus menyampingkan ego dan kami tau ayah dan ibu hanya ingin kami
tetap bersama. Cukup sejarahnya ya teman, maaf membuat bosan. Saya juga manusia
:’)
Tags:
My life
2 comments
Wah itu malah seru kali kak :D
ReplyDeleteSaya juga udah keliling kalimantan timur, tapi cuman nyamper dan gak pernah tinggal :D
Dengar-dengar, orang yang sering pindah rumah itu gampang pindah hatinya juga loh :D
Iya seru dek, tapi adaptasi lagi :D
ReplyDeleteAh masa? Telingamu saja yang mendengar terlalu banyak :p
Tapi sih bener juga, kadang di tempat baru kita menemukan orang baru, aaah syudahlaah~