Aanisa Rohmi

kamu sudah tidak mau lagi berada disini mendengarkan saya, jadi saya katakan saja sekarang mumpung kamu diam. entah kamu dengar atau tidak, yang jelas kali ini beri saya kesempatan membeberkan suara saya memenuhi udara.
sebentar saja kok, ini juga mumpung kamu diam.
saya memutuskan membiarkan kamu terlepas dari genggaman...
saya melepaskan kamu bukan karena saya ingin
saya hanya perlu tahu, bukan kamu orang yang saya harapkan ada di sebelah saya bersama-sama minum teh menikmati pagi berembun yang pelan-pelan tercairkan surya
mungkin tawa kamu yang mempesona itu (ah rupawannya...!) selalu akan bisa mencerahkan saya untuk mampu melewati hari
tapi yang saya perlukan adalah seseorang yang mendekap saya ketika ketika kami kehujanan bersama
seseorang yang mampu menenangkan saya dengan sekadar sedikit kata
dan kamu yang saya kenal bukanlah orang yang akan mau membuatkan saya kopi susu hangat ketika saya butuh lembur
sepertinya kamu akan terlalu sibuk untuk itu dan kemudian kamu akan membiarkan tingkah saya membuat kopi susu sendiri dengan ekspresi datar yang biasa
yang kamu tidak suka.
sungguh saya tahu, kamu memang tipe orang yang begitu
kemudian saya sadar, saya dibutakan oleh keinginan itu
keinginan untuk memiliki kamu
dan mungkin sebenarnya ada seseorang disana yang memang terlalu sederhana hingga saya susah mengenali : betapa saya membutuhkan dia.



Untuk kekasihku,
  1. Cinta ini, yang selama kujaga dan kudekap hanya untukmu
  2. Tiba-tiba hilang seperti embun dihempas cahaya mentari… Entahlah, aku hanya merasakan hampa dan sepi
  3. Terus bersemi… Setiap kali aku menatap wajahmu,
  4. Aku bahkan enggan untuk sekadar berpaling memandang wajah dan semu di pipimu lagi.
  5. Hanya satu… Satu hal kesungguhan dan keyakinan yang ingin aku lakukan, yaitu
  6. Menanti datangnya hati yang lain. Percayalah, jangan pernah membayangkan aku akan
  7. Menikahimu dan tumbuh bersamamu. Percakapan kita terakhir kali
  8. Terlampau membosankan, dan tolong jangan harapkan pertemuan itu akan
  9. Membuatku ingin bertemu dan meneduhkanmu lagi dalam dekapanku.
  10. Sayangnya, kamu selalu hanya memikirkan dirimu sendiri.
  11. Seandainya saja… Suatu saat nanti ketika kita menikah dan sebaris janji telah terujar, aku sungguh percaya bahwa
  12. Hidup kita akan terasa luruh dan jatuh, dan aku tak akan pernah merasakan
  13. hal itu akan menjadi keajaiban dalam hidupku karena aku dapat hidup bersamamu dan mencintaimu selamanya. Aku menyimpan hati ini
  14. Untuk dicintai, tapi hati ini, cinta ini, bukanlah sesuatu
  15. Yang setulusnya telah kutitipkan padamu. Tiada seorang pun yang lebih
  16. Egois daripada kamu. Dalam hati, keyakinanku tak akan pernah berubah bahwa kamu takkan
  17. Mampu untuk menjagaku, menawan jiwaku dan menemaniku tanpa syarat.
  18. Setulusnya aku hanya ingin kamu memahami bahwa
  19. Aku mengatakan semua ini dengan sungguh-sungguh. Apakah kamu bersedia menolongku
  20. Bila engkau juga merasa ini akhirnya, tolong tak perlu berusaha
  21. Untuk menjawab semua ini. Seluruh surat yang telah engkau sampaikan menorehkan
  22. Hal-hal yang tak membuatku terpikat. Dewi waktu yang berdentang, kamu tidak akan pernah memiliki
  23. Cinta sejati dariku. Selamat tinggal… Percayalah,
  24. Aku tak akan akan kembali kepadamu lagi. Tolonglah, jangan pernah berharap
  25. Bahwa aku, akan, selalu menjadi kekasihmu, selamanya…
Tolong, jangan engkau menangis, seka dulu air matamu… Satu permintaan terakhir dariku untukmu, jika kamu ingin tahu dalamnya hatiku, tolong baca surat ini dengan membacanya urut dari angka ganjil, maka kamu akan paham is hatiku sebenarnya. Bukankah cinta untuk saling memahami? (*)
Maaf bintang saya sedang lelah dan merasa ingin kesepian

Untuk sesaat saya tidak keberatan berteman sunyi.

Ya, saat ini saja...

Bukankah cahayamu terbatas?

Saya butuh itu bahkan justru saat siang...

Tuh... kamu tidak bisa kan?

Jadi masihkan perlu saya mengunjungi kamu setiap kali saya merasa ingin hilang?

Saya tidak suka matahari, dia terlalu terik

sementara saya terlalu rapuh, gampang meleleh.. dia terlalu dekat dan besar

saya ingin yang jauh agar saya terhindar jadi meleleh

terhindar dari luka.

 bintang, saya ingin pulang dan berbaikan lagi dengan malam, dengan kamu....

Mungkin nanti kapan-kapan kalau saya sudah mulai marah pada sepi.
Jangan salahkan aku jika aku mencoba membunuh siapapun yang berusaha mendekatimu
Bukankah jutaan kali kukatakan?
Wanita lain yang hanya boleh menyentuhmu adalah ibumu, selebihnya adalah aku
Jangan temui wanita yang identitasnya tak kuketahui
Jangan hubungi wanita yang nomornya tak kumiliki
Aku harus tahu apa yang kau lakukan setiap saat
Kamu tawananku
Aku mengawasimu
karena kau kekasihku

Ya, kamu terlalu berbahaya untuk kumiliki
Kamu terlalu sempurna bagi kebanyakan orang
Kamu terlalu berbeda dari banyak pria lainnya
Jadi jangan salahkan aku jika setiap menit pandanganku tak pernah melepaskanmu
Jadi biarkan setiap jam aku memelototi wanita yang mengarahkan sorot matanya padamu
Jadi mengertilah jika setiap hari aku harus melihat handphonemu
menghapus semua sms dari wanita-wanita  tak tahu diri yang mencoba menyapamu
Jangan salahkan aku jika dengan terpaksa aku harus membentak mereka yang berusaha mendapat perhatianmu
Nanti juga kau akan terbiasa dengan sikapku

Kau tak boleh keluar rumah sebelum kau memberi tahu tujuanmu serta waktu kepergian dan kepulanganmu
Kau tak boleh telat makan
Kau harus beristirahat saat aku menyuruhmu tidur
Kau harus merasakan rindu yang sama saat aku merindukanmu

Jadi, terbiasalah dengan sikapku, Sayang
Kau harus tahu seberapa besar dan dalamnya perasaanku padamu
Kau harus tahu rasa takut kehilangan selalu menghantuiku walau kutahu kau berada disampingku

Kau sangat sulit aku miliki, kau juga akan amat sulit aku lepaskan
Jadi, jangan tanyakan mengapa aku memperhatikanmu dengan gilanya
Mengapa dengan sikap obsesif kompulsif aku harus mengawasimu
Karena apa?
Karena apa?
Ya, karena apa?
Karena aku mencintaimu
dan tak mau kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya
Sayang.. aku titip rindu pada angin malam ini..
apakah kamu merasakannya dia menyentuhmu dengan gemulai..
lembut menerpa untuain rambut yang mulai memanjang..
senangkah kau sayang dengan titipan segumpal rindu yang selalu terbayang..

Sayang...
Aku ingin menitipkan rindu ini kepadamu..
entah lewat mana aku harus menyampaikan yang tlah tertunda ini..
kalut membalutku dengan penuh sempurna..
bahkan aku melihat ejekan awan bangga melihat hatiku hampa..

Kekosongan ini membuatku ingin sirna..
larut bersama air..
terbang bersama gemulir angin..

di tengah rinai aku mampu tergeletak dan tenggelam..
hanya karena sebuah rindu yang tak pernah tersampaikan..
Sampai kapan aku akan merasakannya..
apakah aku harus menjawab sendiri apa yang jiwaku tanya..

dalam balutan sebuah rasa..
dalam sebuah linangan sayang yang tak pernah sempurna..
ku mohon.. kembalikan rindu yang pernah kau minta..



Aku melihat banyak sekali keindahan dalam senyummu..
rasanya masih kurang banyak air mata ini terjatuh saat melihatmu..
aku tak tau.. bagaimana mata ini mengalir begitu tak sopannya..
tanpa memberitahuku..
tanpa permisi dahulu..
bahkan tanpa meminta persetujuan hatiku..

Senyummu begitu indah..
karyaku lahir karenamu..
Puisi inipun hadir karena melihatmu..
Setiap keindahan ini hadir juga olehmu..


Apakah Aku Jatuh Cinta ?
Apakah aku sedang jatuh cinta..
dan sekali lagi aku bertanya, apakah aku jatuh cinta..

Aku terlalu terlena dalam biusan asing..
membuatku tak lagi mampu untuk berfikir dalam bising..
rasa ini menguat begitu seterusnya hingga aku tak kuat..
rasa ini melemah begitu seteruskan ketika engkau menjauh..
Newer Posts Older Posts Home



About Me

My photo
Aanisa Rohmi
View my complete profile

Archive

  • ►  2018 (2)
    • ►  June (2)
  • ►  2017 (13)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (21)
    • ►  December (2)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (5)
    • ►  July (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
  • ►  2014 (13)
    • ►  December (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (9)
    • ►  November (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  March (4)
  • ►  2012 (12)
    • ►  July (4)
    • ►  April (5)
    • ►  January (3)
  • ▼  2011 (55)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  August (8)
    • ►  July (6)
    • ▼  June (6)
      • Lepaskan !!
      • Surat Cinta Terakhir Untukmu
      • Hening
      • Posesif !
      • Titip Rindu
      • Jatuh Cinta
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (3)
    • ►  February (5)
    • ►  January (8)
  • ►  2010 (27)
    • ►  December (5)
    • ►  November (7)
    • ►  October (4)
    • ►  September (5)
    • ►  August (4)
    • ►  July (1)
    • ►  March (1)
Powered by Blogger.

Copyright © 2009-2020 Aanisa Rohmi. Created By OddThemes