Full Day?

Terlalu banyak pro dan kontra mengenai full day.
Saya termasuk siswa yang pernah merasakan full day saat waktu SD.

Sebelumnya, saya mengenyam pendidikan di TKIT YABIS Bontang, sehingga saat itu memang sudah dibiasakan untuk menggunakan jilbab.
Ini merupakan suatu hal yang sangat saya syukuri karena orang tua saya memasukkan saya ke sekolah islam sehingga saya benar-benar menerima lebih banyak ajaran mengenai islam.


Setelah lulus TKIT YABIS, orang tua saya memasukkan saya ke sekolah yang sama dengan jenjang yang lebih tinggi yaitu SDIT YABIS.
Saat itu ada pilihan berupa kelas reguler dan kelas full day.
Hanya ada 1 kelas full day di setiap angkatan, dan untuk bisa masuk kelas full day harus menjalani tes.
Nah, saat saya diterima masuk kelas full day, ternyata angkatan saya merupakan angkatan pertama yang menjalani kelas full day.

Jadi saat itu, semua rutinitas harus dibiasakan, seperti sekolah dari hari Senin hingga Jumat dengan pergi ke sekolah jam 7 pagi dan pulang ke rumah jam 4 sore.
YABIS merupakan sekolah swasta, jadi biaya sekolah ditanggung oleh orang tua.
Ini yang membuat saya bertahan karena orang tua saya sudah mengeluarkan begitu banyak biaya untuk pendidikan anaknya.

Mungkin kalian berpikir anak full day kerjaannya hanya disuruh belajar dan belajar.
Kalian salah besar.

Kita (anak full day) menerima ilmu lebih banyak daripada anak kelas reguler.
Kita (anak full day) memiliki istirahat yang lebih panjang daripada anak kelas reguler.
Kita (anak full day) memiliki ruang kelas yang lebih luas daripada anak kelas reguler.
Kita (anak full day) memiliki media untuk bermain yang lebih banyak daripada anak kelas reguler.
Kita (anak full day) memiliki banyak waktu bermain dengan teman sekelas daripada anak kelas reguler.

Bukan merendahkan anak kelas reguler, tapi bisa dikatakan anak full day merupakan anak yang meluangkan waktu belajar lebih banyak dan rela menghabiskan waktunya lebih banyak di sekolah bersama temen daripada bersama keluarga.
Kita memang terkadang merasakan lelah saat harus menerima semua ilmu dan masih harus mengerjakan PR di rumah saat malam tiba.

Tapi kita harus melihat dari 2 sisi, semua hal pasti memiliki kekurangan dan kelebihan kan?
Jika saat ini menteri pendidikan ingin mengubah sistem pendidikan dan mewajibkan adanya full day di semua sekolah, saya sebagai siswa yang pernah merasakan full day tentu menolaknya.

Karena, kita sudah terbiasa dengan sistem jam pulang sekolah yaitu pada saat siang.
Akan susah untuk mengubah kebiasaan yang telah mendarah daging seperti itu, yang terjadi akan banyak siswa mengeluh dan dapat berakibat pada kinerja mereka.
Selain itu, tidak semua anak-anak nyaman berlama-lama di lingkungan sekolah, karena pada dasarnya mereka hanya ingin bermain.

Biarkan full day menjadi pilihan bagi orang tua dan siswa yang ingin menjalaninya.
Bukan menjadi suatu kewajiban yang harus dilalui oleh semua siswa di Indonesia.

Selain itu, mari kita lihat kelayakan dan kesejahteraan seorang guru di sekolah negeri.
Apakah mereka sudah mendapatkan kelayakan gaji saat ini?
Apakah mereka siap mengajar hingga sore menjelang walaupun tidak menerima tambahan edukasi dari pemerintah?

Mari sejenak luangkan waktu untuk melihat dampak bagi semua pihak yang terlibat.

Share:

1 comments

  1. Hahahahahha, kemarin aku lihat postingan lucu di facebook tentang wacana Full Day School juga neng. Kritiknya menghibur tapi... langsung to the point. Mengesankan.

    By the way, aku senang ada partner menulis yang aktif di blog. Semoga ke depannya tulisan-tulisan kita semakin baik ya neng. See you sooner or later yaaa hahahahaha.

    ReplyDelete