Benda Mati

Saya ingin ditali-pitakan Tuhan di hari ulang tahunmu.
Saya ingin jadi alas kaki yang kamu kenakan, yang membuatmu tampak semampai, meski harus kamu lepas saat naik ke tempat tidur.
Dan lagi, saya ingin menjadi kendaraanmu, meski sering tak sengaja kamu membawa saya menghajar lubang di jalan, tapi saya tetap menunggumu di tempat parkir saat terik ataupun saat hujan, dan saya akan terkunci aman menunggu kamu membawa saya jalan.

Saya ingin jadi Instagrammu, tempatmu memamerkan foto yang kamu sebut kenangan.
Saya ingin jadi Facebook, Twitter, ataupun Path, tempatmu berbagi cerita dan aktivitasmu.
Saya ingin jadi handphonemu, sesuatu yang tidak kamu lupa saat kamu bepergian ke luar.
Saya ingin jadi charger handphonemu, sesuatu yang sering kamu cari-cari.
Saya ingin jadi apapun itu asal kamu bisa tersenyum saat melihat saya.

Kadangkala, saya teringat hal-hal kecil, sampai saya ingin melahap nasi padang di pinggir jalan bersama-sama, hingga saya menjadi kagum pada sebutir nasi yang menempel di dagumu.
Dan saya ingin menatap matamu saat kita duduk di dalam angkutan umum, dan siapa pun disebelahmu merasa risih atau merasa iri melihat mata saya mematung menatapmu.

Tetapi entah kapan kamu membutuhkan saya, lalu kapan kamu akan mencari saya, dan sampai kapan kamu akan bersikap begitu?
Saya hanya sebutir pasir di pinggir pantai, dan telapak kakimu saja yang saya rindukan untuk menginjak saya.
Saya menyapa, sesekali saya melucu. Kamu tahu? Saya telah banyak mencari cara agar setidaknya bisa melintas di kepalamu.

Tapi apa daya, cukup menjadi benda mati untukmu sudah membuat saya bahagia.
Karena untuk menjadi benda hidup di keseharianmu merupakan hal mustahil.

Share:

0 comments